Kamis, 24 Februari 2011

Mengatasi Lupa

aya baru saja membaca artikel di Kompas Cyber Media yang berjudul Bagaimana Tips Mengatasi Lupa? Saya tertarik membaca tips tersebut karena jujur saja saya orang yang makin mudah lupa, terutama akhir-akhir ini. Setelah saya baca, persoalannya memang mirip dengan yang saya hadapi. Namun sayang jawabannya kurang memuaskan saya.Saya sering lupa terhadap barang-barang kecil. Biasanya charger laptop, charger handphone, handphone (juga?), rokok, korek api, ataupun benda sejenisnya. Biasanya setelah dipakai dan laptop dimasukkan dalam tas langsung ngeloyor aja tanpa sadar charger masih nyolok di tempatnya. Setelah sampai di Bandung, eh baru sadar charger masih di Jakarta.

Saking parahnya kebiasaan lupa ini, pernah suatu hari saya harus balik ke Bandung jam 5.45 pagi hanya untuk mengambil charger! Bodohnya! Akhirnya makin saya sadari bahwa kebiasaan lupa ini telah mengancam cadangan devisa karena muncul pos pengeluaran baru, cost untuk lupa. Bayangkan kalau yang kelupaan itu bukan charger laptop, tapi… flashdisk 32 MB. Kok? Iya dong, tapi isinya presentasi yang harus diperagakan ke klien hari itu. Nah lho!!!

Waktu saya ke Bandung hanya untuk mengambil charger laptop, pikiran betul-betul stress. Masak harus bolak-balik bandung-bekasi-bandung-tangerang hanya untuk satu benda itu saja? Apa yang sedang terjadi di dalam kepala saya? Saya membayangkan satu persatu saraf-saraf otak saya mati dan larut kedalam pembuluh darah keluar melalui anus. Hiiii… mengerikan bukan? Mengerikan karena sesuatu yang besar akan terjadi dan saya mempunyai potensi besar untuk LUPA !

Akhirnya saya mengadu kepada ibu saya. Beliau cuma berkomentar: “kamu kebanyakan pikiran, pikirannya kemana-mana, bercabang-cabang” . AHA! Betul juga! Tapi, apa yang dipikirin? Kerjaan ya itu-itu aja. Ngga ada pe-er kayak waktu kuliah dulu. Tagihan, udah ada jadwalnya. Trus, apa ini sindrom baru? Karena kebanyakan pikiran dan kemana-mana, jadi tidak ada yang tersisa dalam memori?

Saran beliau, diam sejenak sebelum berangkat. Okelah akan saya coba. Pada awalnya memang berhasil. Masalahnya, diam tanpa melakukan apa-apa itu bukan cara yang benar. Ternyata saya temukan bahwa diam itu artinya mengheningkan cipta. Apakah anda masih ingat caranya mengheningkan cipta? Saya sudah tidak ingat.

Sebuah aktifitas yang sering kita lakukan sewaktu SD dan gampang sekali kini menjadi sulit bukan main. Kenapa begitu sulit? Ya karena terbiasa dengan interupsi, noise-noise di lingkungan kerja, pengaruh-pengaruh negatif dari televisi (ini serius lho) dan iklan-iklan yang tidak mendidik (lho jadi kesini?).

Saya perhatikan, ada sesuatu dalam pikiran bawah sadar saya yang mulai terganggu. Dari sanalah saya mengklaim sumber kelupaan itu. Pikiran bawah sadar saya mulai digerogoti. Karena saya sudah mencoba dengan alat-alat bantu seperti buku notes, organizer, alarm, scheduler, calendar, ngga efektif. Paling sekali dua kali bisa, setelah itu kebal lagi. Karena alat bantu ya hanya bisa membantu, bukan mengubah sesuatu bukan? Ya, tentunya alat bantu tidak bisa disalahkan, bukan?

Ada beberapa hal yang saya praktekkan dan berhasil. Ini setelah mencoba mengheningkan cipta sebelum berangkat.

Ubah urutan

Sebetulnya ini tentang mengubah kebiasaan. Tanpa sadar kebiasaan itu makin membuat kita lupa. Bagaimana cara memegang gagang pintu. Bagaimana memasukkan buku ke dalam tas. Bagaimana menaruk kotak pensil di meja. Itu semua harus diubah. Saya melakukannya sampai mengubah urutan. Jika sebelumnya charger laptop paling terakhir, diganti menjadi paling duluan. Jadi, tempatkan sesuatu yang potensi kelupaannya paling besar di urutan terdepan. Ini tidak mudah lho. Karena pertama kali dilakukan dengan menggerutu. Percaya deh.

Berdoa Sebelum Berangkat

Ya, saya sudah meninggalkan doa sebelum berangkat selama bertahun-tahun. Tanpa sadar ketika berangkat, naik angkot, masuk ke bus, turun di stasiun, ngga baca bismillah. Nah, coba mulai biasakan berdoa. Karena mengheningkan cipta itu rupanya tidak lain adalah bagian dari doa. Dengan mengheningkan cipta, pikiran yang semrawut bisa dijernihkan kembali.

Kurangi Penundaan dan Ketergantungan Alat

Makin sering menunda, makin butuh mencatat, makin ketergantungan pada alat bantu, dan mempertinggi potensi untuk lupa. Banyak orang membohongi dirinya bahwa dengan memiliki PDA dengan organizer yang canggih, maka masalahnya sudah selesai. Hohoh..kasian deh lu. Mending duitnya dibeliin gorengan, dapet banyak tuh.

Sepertinya baru segitu yang bisa saya share tentang pengalaman pribadi. Semoga tidak lupa lagi. Eiit tunggu dulu…

Lupa juga merupakan anugerah dari Tuhan. Mengapa?
Bayangkan saja, anda mengalami kejadian yang sangat menyakitkan (misalnya disakiti oleh orang lain) dan anda tidak bisa untuk LUPA! Jadi ingeeeeet terusss… Jangan kan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar